Senyuman berasal dari kata benda senyum 'yang artinya gerak tawa ekspresif yang
tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya
dengan mengembangkan bibir sedikit. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Senyuman
yang ditampilkan seseorang dapat mempengaruhi orang-orang yang melihatnya.
Misalnya senyuman seorang karyawan yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen
pada saat berbelanja (2013).'[1]Begitupula
dengan guru, senyuman guru sangat berpengaruh besar terhadap lingkungan
kerjanya, yaitu di sekolah.
Peserta didik akan menjadi lebih
semangat dan merasa kuat karena dididik oleh guru-guru yang memiliki
kebribadian yang menyenangkan. Sehingga timbul tindakan-tindakan positif,
misalnya peserta didik menjadi rajin belajar, patuh pada tata tertib sekolah,
bersemangat mengembangkan potensi dirinya dan mampu menghadapi setiap masalah
yang terjadi pada dirinya.
Dengan senyuman guru, selain berpengaruh pada peserta didik, berpengaruh
pula pada kepribadian guru tersebut. Dengan selalu tersenyum, guru akan menjadi
bahagia, karena dengan tersenyum, kesedihan menjadi
berkurang.
Hal ini juga terungkap dalam penelitian Strack, dkk (1988) yang
mengatakan bahwa manipulasi ekspresi wajah dilakukan dengan meminta subjek
untuk menahan pena di mulutnya. Ketika pena ditahan oleh gigi, hasilnya adalah
seperti suatu senyum, yang membuat subjek merasa lebih bahagia daripada ketika
subjek menahan pena dibibir.
Berdasarkan hasil ini, peneliti menyimpulkan bahwa
seseorang tidak tersenyum karena bahagia,
tetapi seseorang merasa bahagia karena tersenyum. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa efek ekspresi wajah terhadap pengalaman emosi cukup spesifik,
yaitu bahwa ekspresi senyum akan mengakibatkan perasaan bahagia dan bukan
perasaan lain.[3]Para
guru,
Mari kita selalu tersenyum, karena tersenyum baik untuk peserta didik
kita, baik juga untuk diri kita sendiri.Terima kasih Senyuman guru dapat
menumbuhkan motivasi peserta didiknya dalam mengembangkan potensinya. Dengan melihat
senyuman guru, peserta didik menjadi senang dan aman.
Seperti apa yang dikatakan Knapp dan Hall (1982)[2] bahwa
jika seseorang tersenyum kepada orang lain, maka dalam diri orang yang diberi
senyuman tersebut akan terjadi proses atribusional.
Proses
ini menyebabkan perubahan nyata dalam sikap seseorang terhadap orang yang
tersenyum. Dapat dikatakan bahwa senyum merupakan reinforcer atau penguat positif
yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto, Muhammad (2013). "Efek
Senyum, Salam, Sapa Petugas Kasir Terhadap Kepuasan Konsumen Superma. Jurnal
Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013. 12: 29.
Hasanat, Nida UI
(2016-09-30). "EKSPRESI
SENYUM UNTUK MENINGKATKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL". Buletin
Psikologi. 4 (1): 26–32–32. doi:10.22146/bpsi.13465. ISSN 2528-5858.
Hasanat, Nida
(1996). "Anda
sedang Bersedih, Cobalah Tersenyum atau Tertawa". Buletin
Psikologi. Diakses tanggal 06-08-2019.
Senyuman berasal dari kata benda senyum 'yang artinya gerak tawa ekspresif yang
tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya
dengan mengembangkan bibir sedikit. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Senyuman
yang ditampilkan seseorang dapat mempengaruhi orang-orang yang melihatnya.
Misalnya senyuman seorang karyawan yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen
pada saat berbelanja (2013).'[1]Begitupula
dengan guru, senyuman guru sangat berpengaruh besar terhadap lingkungan
kerjanya, yaitu di sekolah.
Peserta didik akan menjadi lebih
semangat dan merasa kuat karena dididik oleh guru-guru yang memiliki
kebribadian yang menyenangkan. Sehingga timbul tindakan-tindakan positif,
misalnya peserta didik menjadi rajin belajar, patuh pada tata tertib sekolah,
bersemangat mengembangkan potensi dirinya dan mampu menghadapi setiap masalah
yang terjadi pada dirinya.
Dengan senyuman guru, selain berpengaruh pada peserta didik, berpengaruh pula pada kepribadian guru tersebut. Dengan selalu tersenyum, guru akan menjadi bahagia, karena dengan tersenyum, kesedihan menjadi berkurang.
Hal ini juga terungkap dalam penelitian Strack, dkk (1988) yang mengatakan bahwa manipulasi ekspresi wajah dilakukan dengan meminta subjek untuk menahan pena di mulutnya. Ketika pena ditahan oleh gigi, hasilnya adalah seperti suatu senyum, yang membuat subjek merasa lebih bahagia daripada ketika subjek menahan pena dibibir.
Berdasarkan hasil ini, peneliti menyimpulkan bahwa seseorang tidak tersenyum karena bahagia, tetapi seseorang merasa bahagia karena tersenyum. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa efek ekspresi wajah terhadap pengalaman emosi cukup spesifik, yaitu bahwa ekspresi senyum akan mengakibatkan perasaan bahagia dan bukan perasaan lain.[3]Para guru,
Mari kita selalu tersenyum, karena tersenyum baik untuk peserta didik kita, baik juga untuk diri kita sendiri.Terima kasih Senyuman guru dapat menumbuhkan motivasi peserta didiknya dalam mengembangkan potensinya. Dengan melihat senyuman guru, peserta didik menjadi senang dan aman. Seperti apa yang dikatakan Knapp dan Hall (1982)[2] bahwa jika seseorang tersenyum kepada orang lain, maka dalam diri orang yang diberi senyuman tersebut akan terjadi proses atribusional.
Proses ini menyebabkan perubahan nyata dalam sikap seseorang terhadap orang yang tersenyum. Dapat dikatakan bahwa senyum merupakan reinforcer atau penguat positif yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto, Muhammad (2013). "Efek Senyum, Salam, Sapa Petugas Kasir Terhadap Kepuasan Konsumen Superma. Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013. 12: 29.
Hasanat, Nida UI (2016-09-30). "EKSPRESI SENYUM UNTUK MENINGKATKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL". Buletin Psikologi. 4 (1): 26–32–32. doi:10.22146/bpsi.13465. ISSN 2528-5858.
Hasanat, Nida (1996). "Anda sedang Bersedih, Cobalah Tersenyum atau Tertawa". Buletin Psikologi. Diakses tanggal 06-08-2019.
Dengan senyuman guru, selain berpengaruh pada peserta didik, berpengaruh pula pada kepribadian guru tersebut. Dengan selalu tersenyum, guru akan menjadi bahagia, karena dengan tersenyum, kesedihan menjadi berkurang.
Hal ini juga terungkap dalam penelitian Strack, dkk (1988) yang mengatakan bahwa manipulasi ekspresi wajah dilakukan dengan meminta subjek untuk menahan pena di mulutnya. Ketika pena ditahan oleh gigi, hasilnya adalah seperti suatu senyum, yang membuat subjek merasa lebih bahagia daripada ketika subjek menahan pena dibibir.
Berdasarkan hasil ini, peneliti menyimpulkan bahwa seseorang tidak tersenyum karena bahagia, tetapi seseorang merasa bahagia karena tersenyum. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa efek ekspresi wajah terhadap pengalaman emosi cukup spesifik, yaitu bahwa ekspresi senyum akan mengakibatkan perasaan bahagia dan bukan perasaan lain.[3]Para guru,
Mari kita selalu tersenyum, karena tersenyum baik untuk peserta didik kita, baik juga untuk diri kita sendiri.Terima kasih Senyuman guru dapat menumbuhkan motivasi peserta didiknya dalam mengembangkan potensinya. Dengan melihat senyuman guru, peserta didik menjadi senang dan aman. Seperti apa yang dikatakan Knapp dan Hall (1982)[2] bahwa jika seseorang tersenyum kepada orang lain, maka dalam diri orang yang diberi senyuman tersebut akan terjadi proses atribusional.
Proses ini menyebabkan perubahan nyata dalam sikap seseorang terhadap orang yang tersenyum. Dapat dikatakan bahwa senyum merupakan reinforcer atau penguat positif yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto, Muhammad (2013). "Efek Senyum, Salam, Sapa Petugas Kasir Terhadap Kepuasan Konsumen Superma. Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013. 12: 29.
Hasanat, Nida UI (2016-09-30). "EKSPRESI SENYUM UNTUK MENINGKATKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL". Buletin Psikologi. 4 (1): 26–32–32. doi:10.22146/bpsi.13465. ISSN 2528-5858.
Hasanat, Nida (1996). "Anda sedang Bersedih, Cobalah Tersenyum atau Tertawa". Buletin Psikologi. Diakses tanggal 06-08-2019.
Komentar
Posting Komentar